Anak Kos Dohoi --- SWK.Selatan 1/38a (Part 1)

Hidup jadi anak kos tu ibarat makan indomie, kalo makan 1 bungkus kurang, tapi kalo makan 2 kebanyakan. Kalo gak ada teman gak rame, tapi kalo terlalu rame jadinya anarkis (0.0)

Istilah yang dipake salah satu iklan di Indonesia tu nyebutinnya "Gak ada loe gak rame"

*mikir*hubungannya apa ya? hahahaaaaa ntar dicari tau sendiri ya...

    Hidup satu atap dengan teman-teman sudah saya alami sejak SMA. Sangat menyenangkan, berkesan dan tidak akan terlupakan, *Xgen, you are the one* heheheeee. Banyak hal konyol, sedih dan senang yang bisa dialamin bersama. Dalam setiap kegiatan saya, saya selalu bersama mereka (read: xgen).
Kekompakannya gak perlu diragukan, apalagi kalau urusan makan, ahhh tidak ada yang dapat memisahkan kami. Dari urusan berpakaian sampai model rambut semuanya mirip, kalau udah keluar dari asrama banyak yang mengira kami kembaran hahaaaaa,. Ini karena tinggal di asrama, jarang ketemu orang luar, jadinya kalau potong rambut cukup diserahin ke papah, mamah atau teman yang pengen belajar nyalon. Udah kebayangkan jadinya gimana? potongan rambut kami menjadi trend center dijaman itu (tentunya untuk kalangan anak asrama saja), yang cewek kaya dora yang cowok kaya kobo chan. Setelah masuk kuliah, saya buka lagi foto-foto jaman SMA ternyata tampang saya dulu, benar-benar... Pengalaman di asrama memang tak akan pernah tergantikan deh.

     Lain asrama lain pula kos-kosan. Diawal kedatangan saya ke surabaya, saya bersama ketiga teman saya yang berasal dari asrama memutuskan untuk tinggal di kos-kosan yang sama. Hidup menjadi anak kos pun dimulai, menyenangkan terlebih lagi kami boleh lepas dari peraturan di asrama yang selama ini cukup mengikat kami. Kami tinggal bersama kurang lebih selama 3 semester sampe akhirnya kami memutuskan untuk berpindah kos dengan alasan kos yang kami tempati tersebut kurang nyaman. Lokasi kos kami pilih pun berbeda-beda mengikuti selera dan juga pastinya kemampuan ekonomi kami.

     Sebagai anak kuliahan yang cukup cerdas dan memiliki segudang kesibukan (hahahaaaaa, *ketawa ngakak), saya memilih kos-kosan dengan harga terjangkau tetapi tentu saja tempatnya yang nyaman untuk ditinggali. Saya enggan memilih kos-kosan dengan harga yang besar tetapi saya hanya menggunakannya untuk tidur itu tidak termasuk dalam anggaran belanja anak kos. Itu salah satu trik hemat tapi tidak pelit edisi anak kos :D. Kos-kosan yang saya dapatkan ini baru saja direnovasi, total kamar yang tersedia adalah 14 kamar, dan suasanannya benar-benar "feel like home". Saya bersama salah seorang teman saya yaitu puput merupakan penghuni pertama di kos-kosan ini. Dengan menggunakan keahlian berbicara, saya berhasil menghasut beberapa teman saya untuk bergabung di kos-kosan ini kebetulan mereka juga ingin berpindah kos. Inilah yang menjadi awal terbentuknya Anak Kos Dohoi-generasi 1, status itu semakin diperjelas lagi dengan tulisan yang tertera di didepan kos kami yang berbunyi "Kos Anak baik-baik". 

Yaaa kisah Anak kos dohoi pun dimulai...

Foto dari sebagian anak kos dohoi-generasi 1